Header Ads

Grosir Batik Pekalongan Terbaik

Grosir Batik Pekalongan Terbaik
Grosir Batik Pekalongan Terbaik

Berawal berasal dari sebuah titik, batik sudah lewat perjalanan panjang. Kini, batik bukan ulang hanya milik para tetua yang mapan. Batik sudah menjadi anggota berasal dari type hidup para kawula muda.

Kaum muda tak segan ulang berbatik. Mereka tak sekadar mengenakan kain tradisional tersebut sebagai pakaian, menjadikannya aksen penampilan. Tak sedikit berasal dari mereka yang studi mengenal, mempelajari, hingga membuatnya sendiri.

Seperti dijelaskan pakar batik, Tumbu Rahadi Ramelan, batik adalah sebuah proses. Teknik celup rintang dengan malam sebagai perintangnya. Batik bukan sekadar motif.

Batik Di Generasi Milenial

Apa itu batik sudah merasa dimengerti oleh generasi milenial yang dikenal kritis. Dalam sebuah diskusi berkenaan batik di Jakarta, fotografer Anton Ismael menemukan, hadirin mengaitkan batik dengan canting, lukisan di atas kain, warisan budaya, hingga sebagai pembawaan dan identitas bangsa Indonesia.

Tingginya minat dan pemahaman kaum milenial terhadap batik, sebabkan banyak berasal dari mereka yang tak hanya ambil peran sebagai konsumen. Ya, kaum muda juga sudah merasa turut dan juga didalam pelestarian warisan budaya bangsa ini.

Mereka merasa mengoleksi batik tulis. Ada pula yang tergerak merancang ragam busana berbahan batik dengan potongan kekinian. Belakangan tambah merasa bermunculan generasi baru para pembatik, yang mengetahui apa itu batik dan inginkan menciptakan sendiri motif batik yang diakui sesuai dengan masanya.

Jenama-jenama layaknya Sejauh Mata Memandang, Alleira, dan Lennor sekedar tiga berasal dari sekian banyak yang diakui mewakili budaya populer. Karya-karya dinilai keren oleh para milenial, gara-gara menggunakan batik sebagai keliru satu bahan dasar.

Industri Batik

Hal-hal ini secara segera atau tidak, berpengaruh terhadap industri batik. Seperti yang berlangsung di Solo misalnya. Industri batik Laweyan yang sempat mati suri puluhan tahun, rodanya kini tak sekadar merasa berputar lagi, apalagi melaju pesat.

Seperti apa perjalanan batik di Indonesia yang tadinya diakui sebagai busana orang tua tapi kini digemari anak muda? Laporan kali ini dapat mengupasnya.

Merunut asal katanya, batik berasal berasal dari bahasa Jawa, yakni amba, yang bermakna 'menulis' dan tik yang bermakna nitik atau "membuat titik". Istilah itu sesudah itu berkembang menjadi kata batik. Batik secara luas bermakna sistem menggambar motif terhadap kain dengan menggunakan lilin (malam) yang dipanaskan dan diteteskan terhadap kain menggunakan canting.

Definisi batik ini sudah disepakati terhadap Konvensi Batik Internasional di Yogyakarta terhadap 1997. Meski demikian, masyarakat awam telanjur mengetahui batik sebagai corak atau motif kain yang khas tradisional bukan sebagai proses.

Seni menggambar di atas kain mori ini sudah keluar sejak zaman Majapahit dan sesudah itu berkembang ke seantero Nusantara seiring penyebaran agama Islam. Selain sebagai komoditi dagang, batik menyebar ke luar keraton.

Ketika era penjajahan Belanda, sering berlangsung peperangan yang sebabkan keluarga kerajaan mengungsi dan menetap di daerah-daerah lain layaknya Banyumas, Pekalongan, dan ke tempat timur Ponorogo, Tulungagung. Hal inilah yang sebabkan batik makin lama dikenal di kalangan luas apalagi hingga ke luar pulau Jawa.


Meski sudah menyebar di seantero nusantara, kegairahan mengenakan batik baru keluar sejak kurang lebih 2008 saat negara tetangga Malaysia mengklaim batik sebagai seni budaya yang berasal berasal dari negeri itu. Polemik ini makin lama menghangat seiring merebaknya pemakaian sarana sosial layaknya Facebook dan Twitter yang menjadi ajang bagi orang Indonesia untuk mematahkan klaim berasal dari Malaysia.

Tanggal 3 September 2008 merupakan titik awal sistem nominasi batik Indonesia ke UNESCO. Dan beruntunglah setahun sesudah itu ternyata batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO saat dimasukkan ke didalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity didalam sidang ke-4 Fourth Session of the Intergovernmental Committee) berkenaan Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi terhadap 2 Oktober 2009.

UNESCO mengakui bahwa Batik Indonesia membawa teknik dan lambang budaya yang menjadi identitas rakyat Indonesia merasa berasal dari lahir hingga meninggal. UNESCO mencontohkan bayi Indonesia digendong dengan kain batik bercorak lambang yang membawa keberuntungan, dan orang yang meninggal pun ditutupi dengan kain batik pas dimasukkan ke liang lahat.